KOMPAS.com - Nasional

Sabtu, 16 Maret 2013

ABORSI OH ABORSI


"Berantas sampai akarnya!" teriak pak tani sambil mencabut rumput liar yang mengusik tanaman padinya.

Lho, kok jadi ngomongin rumput ya? Apa hubungannya sama aborsi? Wah, sebenernya sih nggal ada hubungannya, tapi bisa dianalogikan.



Yup, aborsi itu bisa diibaratkan seperti rumput liar yang mengganggu tumbuh kembang suatu tanaman, misalnya padi. Padi merupakan makanan utama dan sumber karbohidrat bagi masyarakat khususnya di Indonesia. Seorang wanita bisa juga dibilang penentu masa depan sebuah negara, karena dari wanitalah akan dilahirkan generasi penerus yang menentukan nasib bangsa ini. Dan, yang sering menjadi korban aborsi adalah wanita. Di sini kita bisa mengibaratkan wanita sebagai padinya. Ya, masa depan dan perkembangan seorang wanita bisa terganggu bahkan HANCUR karena aborsi. Anyway baswey, aborsi itu apa si?

Kata aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion yang berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan atau keguguran. Berdasarkan alasannya, aborsi dibagi menjadi 2 jenis,yaitu :

1. Spontaneous Abortion

Aborsi spontaneous atau dikenal sebagai keguguran merupakan proses keluarnya embrio atau fetus akibat kecelakaan, ketidaksengajaan atau penyebab alami lainnya yang mengakibatkan terhentinya kehamilan sebelum minggu ke-22.

2. Abortus Provocatus adalah proses penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, yang dilakukan dengan sengaja dengan tujuan tertentu. Berdasarkan alasannya, Abortus Provocatus dapat dikategorikan menjadi :

a. Abortus Therapeuticus

yaitu pengakhiran kehamilan pada saat di mana janin belum dapat hidup demi kepentingan kesehatan si ibu.

b. Eugenic Abortion

Aborsi jenis ini adalah prosedur pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat. Sebelumnya, dokter harus benar-benar telah melakukan pemeriksaan mengenai keadaan janin. (Inna Hudaya, 2009 :14)

c. Abortus non-therapeticus

Aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya alasan perempuan melakukan aborsi ini adalah karena ketidaksiapan menjadi orang tua, baik itu secara psikis ataupun ekonomi.



Nah, yang akan kita “uplek-uplek” kali ini adalah jenis yang Abortus Provocatus dengan alasan nontherapeticus, aliasnya lagi aborsi yang ILLEGAL. Aborsi jenis ini paling banyak dilakukan, bahkan dilakukan secara “mandiri”, tanpa bantuan tenaga medis. Ya iyalah, tenaga medis yang profesional tidak akan membantu pasien untuk aborsi tanpa alasan yang jelas menurut medis. Berikut ini contoh kasus real “praktik mandiri” para muda mudi dalam praktik aborsi. Selamat menyaksikan!
Kisah yang pertama saya dengar dari salah satu dokter obsgyn di Semarang. Beliau bercerita, pernah ada sepasang muda mudi yang ngakunya sih, suami istri. Mereka datang ke sebuah rumah sakit, dalam kondisi si perempuan tengah hamil, tapi mengalami perdarahan. Si suami bilang istrinya habis jatuh di kamar mandi. Nah, setelah si istri yang sudah tak berdaya masuk ruang tindakan dan sedang diperiksa, si suami pamitan, katanya buru-buru, mau meeting. Dia hanya meninggalkan secarik kertas berisi nomor hp. “nanti, kalau ada apa-apa dengan istri saya, hubungi saja nomor ini, itu nomor saya, saya pergi dulu”. Yah, walaupun dicegah dengan berbagai alasan, lelaki itu tetap pergi. Setelah dokter memeriksa, beliau menemukan kejanggalan. Di jalan lahir (haduh, maaf ya), beliau menemukan sesuatu yang keras dan tumpul, kemudian ditariknya pelan-pelan. Apa yang beliau temukan? LIDI ! sebatang lidi dari bambu ada di jalan lahir. Astaghfirulloh... yang mungkin tadinya lidi itu mau dipake buat ngeluarin si dedek yang di dalem, ckckckck... perdarahan semakin hebat, dan dokter harus mengambil tindakan melalui persetujuan keluarga yang saat itu diketahui hanyalah suami yang mengantar si wanita malang itu. Setelah menelepon nomor HP yang ditinggal tadi, ternyatanya lagi yang mengangkat adalah orang tua si wanita. “Lho, suami??? Anak saya belum menikah pak dokter”. Hampir semuanya kaget. Tanpa pikir panjang, dokter menyuruh orang tua si wanita datang ke rumah sakit tersebut. Ketika akan dilakukan tindakan, ternyata kondisi mengharuskan wanita malang tersebut harus dirujuk ke rumah sakit besar. Sayangnya, Allah berkehendak lain. Tinggal beberapa menit lagi sampai di tujuan, si wanita malang tadi meninggal. Bayinya pun tak bisa diselamatkan. Na’udzubillah himindzalik.
Kisah berikutnya datang dari Nusa Tenggara Timur. saya kutip dari berita di KOMPAS.com. cekidot! PK (31), perempuan yang hamil akibat berselingkuh dengan tetangganya, YPT (36) melakukan aborsi di seorang dukun berinisial BK (70). Sang dukun membantu aborsi PK dengan tiga batang kayu berukuran kecil. Pada saat PK dibawa ke Puskesmas Maubesi, Insana Tengah, kondisinya mengalami pendarahan yang hebat sehingga terpaksa dengan dibantu bidan, PK langsung melahirkan dan di tubuh bayi terdapat tiga batang kayu kecil dengan panjang 0,8 cm. Diduga kuat kayu tersebut yang digunakan dukun untuk membunuh orok itu. Sebelumnya diberitakan, karena ditinggal merantau oleh suaminya AB (32) ke Malaysia selama tiga tahun, PK (31), TTUmenjalin hubungan asmara gelap dengan tetangganya, YPT (36). Tak hanya itu, PK pun hamil empat bulan akibat hubungan itu. Mendapati kehamilannya, pasangan selingkuh itu lalu mendatangi seorang dukun, BK (70), untuk melakukan aborsi. Sebelumnya, bersamaan dengan kehamilan PK, suaminya yang ada di Malaysia menelepon PK untuk segera mengikutinya ke Malaysia. Dengan bermodal uang Rp 300.000, YPT mendatangi rumah sang dukun untuk melakukan aborsi atas petunjuk ML, tetangga YPT. Setelah dikasih ramuan oleh sang dukun, PK mengalami pendarahan sehingga selama beberapa hari dia tidak keluar rumah hingga akhirnya bidan desa mendatangi PK dan membawanya ke puskesmas. Sampai di puskesmas, terbongkarlah kedok PK kalau pendarahan itu akibat aborsi lantaran PK melahirkan seorang orok yang sudah dalam keadaan meninggal.

Kawan, dua kisah tadi hanya sebagian kecil dari berjuta kasus aborsi yang ada. Keduanya pun nyata, bukan seperti sinetron atau FTV di televisi, bukan seperti dongeng pengantar tidur. Kisah-kisah seperti itu mungkin sudah tak asing lagi di masyarakat kita. Tapi pertanyaannya, akankah kita membiarkan hal tersebut tetap terjadi di sekitar kita? Tunggu dulu, kalau belum yakin untuk benar-benar menghentikannya, mungkin kita perlu tahu sedikit dampak atau resiko dari aborsi. Berikut liputannya.



Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”.

Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka  yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.



Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi  dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
Kematian mendadak karena pendarahan hebat
 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
Kanker hati (Liver Cancer)
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2. Resiko kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:

1.    Kehilangan harga diri (82%)

2.    Berteriak-teriak histeris (51%)

3.    Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)

4.    Ingin melakukan bunuh diri (28%)

5.    Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)

6.    Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)



Di luar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. (sumber: http://www.aborsi.org/resiko.htm)



Kayaknya akan terlalu panjang dan lebar kalau harus dijelaskan tiap jenis penyakitnya ya. Silakan cari info yang lebih luas dari beberapa penyakit di atas. Tapi mungkin dari namanya aja udah bisa menggambarkan kan seperti apa penyakitnya?? Na’udzubillah deh pokoknya pren...

Nah, pertanyaannya, kita harus berbuat apa nih?

sama halnya dengan rumput liar yang mengusik pepadian, aborsi juga harus dicabut dari akarnya. Nah, ngomong-ngomong, akarnya tu apaan sih?

Aha! Akar tunggang kan? Oh, bukan bukan, akar serabut, ah gimana sih!

Plak! BUKAN! Itu mah akar tanaman ya pren? Haduduh, maap maap.



Menurut... analisis saya (gaya sentilan sentilun), mungkin akar dari tindak aborsi ilegal salah satu di antaranya adalah freesex. Ya, hal itu mungkin bukan hal yang tabu lagi ya di lingkungan kita. Kalo kata orang tua, jaman dulu itu anak gadis gandengan tangan sama laki-laki yang bukan keluarganya pun nggak boleh, keluar malem sama pacar apalagi, Nah, kita lihat fenomena sekarang. Bukan pacaran katanya, kalau belum pegangan tangan. Belum serius pacaran katanya kalau belum berani memerawani  gadis (maaf ya kalau bahasanya agak fulgar). Dan akhirnya praktik seks bebas pun menjamur, baik itu yang sama-sama muda, yang tua sama yang muda, tante-tante sama bronis, bahkan bapak ke anaknya sendiri. Astaghfirullohal’adziim!



Aborsi pasti dilakukan ketika sudah ada janin di dalam rahim si wanita (yaiyalah, kalau belum, apa yang mau digugurin?). nah, janin berasal dari bertemunya sel sperma dan sel telur. Setelah tumbuh menjadi janin, banyak respon yang diberikan masing-masing orang tua biologis. Ada yang senang karena sudah lama mengharapkan titipan Allah itu. Ada juga yang “shock”, karena janin yang ada terbentuk karena sebuah “kecelakaan”, ya apalagi kalau bukan freesex.



Sebenarnya ada akar yang lebih mengakar lagi dari yang namanya aborsi ilegal. Tidak ada yang bisa mengendalikan hawa nafsu, selin kita sendiri. Ya, kuncinya adalah di diri kita masing-masing. Bagaimana kita bisa mengendalikan diri sendiri dari yang namanya cinta buta, yang bisa menjerumuskan kita ke freesex dan akhirnya “kebobolan” alias hamil. Setelah hamil, jalan pintasnya adalah aborsi. Haduuuh, jangan sampai deh ya teman-temanku sayaang.



Memang sih, nggak jarang juga perempuan yang hamil di luar nikah akhirnya menikah dan mempertahankan kehamilannya sampai anaknya lahir. Tidak ada istilah anak haram, karena pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Hanya saja tetep beda nantinya, anak yang memang “direncanakan” dan “yang tak diduga” ada. Mungkin di kesempatan lain, kita bisa bahas hal itu.



Setelah melihat pengertian aborsi dan bahayanya serta sedikit mengulas tentang akarnya, yuk, kita hentikan praktik aborsi ilegal. Apa mau Indonesia nantinya jadi negara yang melegalkan aborsi? Lho, emang ada? Ada dong, uruguay, yak, uruguay menjadi negara kedua di Amerika Latin yang melegalkan aborsi setelah Kuba. Mungkin sempat terpikir juga ya, daripada aborsi dilakukan secara mandiri sampai pakai lidi segala gara-gara takut ketahuan, mending dilegalkan sekalian. Wah, tapi kalau dilegalkan, mau jadi apa bangsa ini? Bisa-bisa nanti jarang orang nikah gara-gara bebas berhubungan seksual dan setelah hamil bisa digugurkan begitu saja kandungannya.



Bukan hal yang mudah memang untuk “memberantas” aborsi. Upaya yang dilakukan pemerintah maupun beberapa LSM dan organisasi untuk mencegah freesex ternyata bisa dihubungkan dengan mencegah adanya aborsi. Nah, tapi ya kembali lagi ke pribadi masing-masing, bagaimana kita bisa mengendalikan diri kita sendiri.

Buat saudaraku sesama perempuan, yuk saling menjaga, jangan sampai hati yang tipis ini mudah ditembus oleh rayuan laku-laki, walaupun laki-laki itu adalah seseorang yang sangat kita cintai. Tak usah takut tak dapat jodoh tanpa pacaran. Allah sudah menyiapkan “dia” yang terbaik untuk kita. Jangan sampai kita rusak rahim kita dengan aborsi. Jangan sampai kita gugurkan anak dalam rahim kita karena malu dengan kehamilan yang ada. Jangan sampai masa depan kita terputus, sakit-sakitan, harus kemoterapi karena kanker, hanya gara-gara aborsi. Dan jangan sampai tubuh kita ini nantinya harus merasakan panasnya api neraka hanya karena terbuai cinta buta. Ada baiknya kita menjaga diri sebaik mungkin, menutup aurat dengan baik sebagimana perintah Allah dan rosul-Nya. Ingat pula, kita adalah penentu masa depan bangsa ini! Dari rahim kitalah nantinya akan lahir generasi penerus yang berkualitas. Yang perlu kita siapkan bukan seberapa hebat dan banyak pacar yang kita punya, tapi seberapa luas pengetahuan dan “skill” kita untuk menjadi best mother untuk anak-anak kita dan best wife untuk suami kita nanti. Keep istiqomah!



Dan untuk kawanku para laki-laki, jagalah hawa nafsu kalian. Laki-laki yang hebat itu bukan mereka yang bisa angkat beban hingga ratusan kuintal. Bukan mereka yang bergonta-ganti pacar. Bukan mereka yang pandai mengumbar janji pada wanita. Bukan mereka yang bisa “melayani” banyak wanita lewat seks, tapi lelaki yang hebat adalah mereka yang mampu mengontrol hawa nafsunya serta tidak menyakiti wanita seperti apapun bentuknya. Bukan bermaksud mendikte ya Bro, tapi itu pendapatku si. Setuju atau tidak, pokoknya intinya harus setuju! (Lho, maksa banget ya?) nggak nggak, just kidding. Karena aborsi itu sebenarnya bukan hanya bisa dikendalikan sama perempuan, laki-laki pun bisa lho membantu upaya pencegahan aborsi. Kita semua harus bareng-bareng menumpas aborsi ilegal. Jangan sampai bangsa kita dilaknat sama Allah karena kelalaian kita dalam mengontrol hawa nafsu kita. Na’udzubillah....

Semoga bermanfaat ya teman. Guyonan-guyonan yang menyinggung, jangan dimasukkan ke hati ya :D

Semoga kita tetap istiqomah dan bersama-sama memerangi kemaksiatan. Wallahua’alam bishowab